Artikel Mahasiswa
|
Oleh : Rolly Ibrael[1]
Sebuah kelemahan yang menjadi kebiasaan modern sepanjang perjalanan
sejarah Gereja atau Kekristenan adalah mengabaikan topik tentang murka Allah.[2]
Padahal Alkitab sangat jelas menyatakan tentang hal tersebut, salah satunya
tercatat dalam Nahum 1:2. Murka Allah dalam teks ini dijelaskan oleh dua kata
penting yaitu cemburu dan pembalas.Murka Allah merupakan salah satu topik yang
dibicarakan oleh para penulis Alkitab.Jika kita membayangkan kecemburuan dalam
diri Allah, maka hal itu adalah mustahil karena Allah adalah baik
adanya.Begitujuga kalau kita membayangkan murka dalam diri Allah, rasanya tidak
mungkin karena Allah adalah Kasih.
Alkitab menuliskan kebenaran tentang murka Allah. Jika itu diabaikan
maka akan menimbulkan penyesatan kepercayaan. Manusia cenderung hanya
memikirkan tentang Allah yang maha Kasih dan juga pengampun. Itu sama saja
dengan penganut paham universalisme[3] yang menyatakan bahwa
Allah pada akhirnya akan mengampuni semua orang dan semuanya pasti selamat.
Jika hal itu benar, maka gereja pasti akan bersifat acuh tak acuh
terhadap kejahatan. Orang-orang yang berbuat jahat pasti akan semakin jahat dan
tidak akan pernah menyadari kesalahan mereka. Orang-orang pada akhirnya akan
berpikir, karena pada akhirnya semua akan diampuni dan diselamatkan, maka tidak
masalah jika kita melakukan tindakan yang jahat.
Bahkan penginjilan pun akan menjadi suatu berita yang tidak penting
lagi. Kecenderungan untuk hidup dalam dunia yang sinkretisme akan semakin
berkembang bahkan juga pluralisme agama-agama akan dianggap sebagai suatu hal
yang biasa dan bukan sebagai sebuah masalah yang harus diperangi oleh umat
Kristen atau gereja pada masa kini. Sedangkan Allah sendiri tidak menghendaki
kehidupan yang didalamnya ada sinkretisme ataupun pluralisme. Sebab kehidupan
yang diwarnai oleh sinkretisme dan pluralisme akan cenderung membuat gereja
pada akhirnya tidak memiliki fokus iman yang benar kepada Allah. Hal tersebut
akan membuat Allah pada akhirnya murka terhadap umatNya.
Sangat penting bagi gereja untuk memiliki pemahaman yang benar tentang
murka Allah. Kita tidak akan mengenal Allah dengan baik jika hanya melihat dari
sifat Allah yang pengasih dan penyayang tetapi mengabaikan murkaNya. Pemahaman
yang keliru tentang murka Allah membuat orang-orang beranggapan bahwa Allah itu
adalah Allah yang kejam. Pemahaman ini cenderung membanding-bandingkan antara
Allah dalam Perjanjian Lama dan Allah dalam Perjanjian Baru, sehingga
memunculkan sebuah anggapan bahwa Allah Perjanjian Lama berbeda dengan Allah
Perjanjian baru. Allah PL adalah Allah yang kejam sedangkan Allah PB adalah
Allah yang Mahakasih.[4] Oleh sebab itu dalam
tulisan ini akan dipaparkan salah satu teks yang menuliskan tentang murka
Allah, khususnya dalam Nahum 1:2, dengan menggunakan metode penafsiran yang
Alkitabiah, yaitu melalui proses Eksegesa.
EKSEGESA TEKS
Dalam upaya untuk mengerti dan memahami teks secara jelas dan tepat,
maka akan dilakukan penelitian teks dengan cermat terhadap beberapa istilah
atau kata yang terdapat dalam teks. Adapun teks yang menjadi pokok penelitian
terdapat dalam Nahum 1:2. Penelitian teks akan dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah eksegesa yaitu, berdasarkan interpretasi literal, interpretasi
historis, interpretasi gramatikal dan interpretasi konteks. Namun sebelum itu,
akan dilihat beberapa perbandingan terjemahan.
Perbandingan Terjemahan
Dalam perbandingan terjemahan, diperlukan beberapa terjemahan standar
sebagai pembanding untuk melihat beberapa pengertian dari teks yang diteliti.
Kalimat yang menjadi fokus pengamatan dalam teks ini sesuai dengan bahasa
aslinya (Bahasa Ibrani) yaitu:
hm'_xe l[;b;äW hw"ßhy> ~qEïnO hw"ëhy> ‘~qenOw> aANÝq;
laeä:Nahum 1:2
`wyb'(y>aol. aWhß rjEïAnw> wyr"êc'l. ‘hw"hy> ~qEÜnO
Perbandingan
terjemahan akan diambil dari versi bahasa indonesia sebagai bahasa sentral yang
digunakan dalam tulisan ini dan terjemahan bahasa inggris sebagai bahasa yang
bersifat global.
Bahasa
Indonesia
Terjemahan versi Indonesia yang umum digunakan ialah Indonesia
Terjemahan Baru (ITB) dan Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS). Kutipan ITB Nahum
1:2 “TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh
kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam
kepada para musuh-Nya.
Kutipan BIS Nahum 1:2 “TUHAN Allah tak mau mempunyai saingan, orang
yang melawan-Nya, pasti mendapat hukuman. Dengan sangat murka, Ia membalas
dendam kepada mereka”.
Bahasa
Inggris
Ada banyak terjemahan dalam versi bahasa inggris namun, akan dibatasi
pada dua terjemahan saja yang dianggap dapat membantu dalam penelitian teks
yaitu, New international Vertion (NIV)
dan King James version (KJV).
Terjemahan NIV Nahum 1:2 “The LORD is a
jealous and avenging God; the LORD takes vengeance and is filled with wrath.
The LORD takes vengeance on his foes and maintains his wrath against his
enemies”. Terjemahan KJV Nahum 1:2 “God
is jealous, and the LORD revengeth; the LORD revengeth, and is furious; the
LORD will take vengeance on his adversaries, and he reserveth wrath for his
enemies”.[5]
Dari perbandingan terjemahan diatas, kita bisa melihat adanya ungkapan
yang berbeda.ITB menggunakan kata “cemburu dan pembalas” sedangkan dalam BIS
menggunakan ungkapan tidak mau punya saingan. Kata “cemburu” artinya merasa
tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung, sirik, iri, curiga
karena iri hati.[6]
Sedangkan “pembalas” memiliki arti: orang yang membalas.[7]Ungkapan
tidak mau punya
saingan[8]
artinya tidak ingin ada orang yang menyaingi atau pesaing.
NIV menggunakan istilah Jealous
dan avenging sedangkan KJV
menggunakan istilah Jealous dan revengeth. Untuk istilah cemburu,
sama-sama menggunakan kata jealous,
sedangkan untuk pembalas masing-masing menggunakan istilah yang berbeda tetapi
pengertiannya tetap sama yaitu NIV memakai kata avenging dari kata dasar avenge[9]artinya
“pembalas dendam” atau yang membalas dendam” sedangkan KJV memakai kata
revengeth dari kata dasar revenge[10]
artinya” Pembalasan dendam” atau “membalas dendam.”
Berdasrkan pengertian dari masing-masing istilah keduanya sepakat
menyatakan bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu dan pembalas. Tetapi apakah
pengertian cemburu dalam teks ini sama dengan pengertian cemburu yang diberikan
di atas? Dan mengapa dan kepada siapa Allah melakukan pembalasan? Itulah yang
akan diteliti lebih lanjut.
Penelitian Literal dan
Historis Istilah
Dalam penelitian Literal dan Historis akan
dilihat terjemahan literal dalam bahasa aslinya serta penggunaannya baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Istilah yang akan diteliti merupakan
bagian penting dalam kalimat yang harus mendapat perhatian khusus dan
penyelesaian yang sesuai
dengan proses eksegesa yang baik dan benar. Dalam hal ini ada dua
istilah yang akan diteliti pertama, istilah“cemburu” yang dalam terjemahan
aslinya diterjemahkanaANÝq;(Qannô) dan yang kedua
“pembalas,” dalam terjemahan aslinya ~qenOw>(wenoqem).
Istilah aANÝq;
IstilahaANÝq;dipahami sebagai kata sifat maskulin tungggal yang
diterjemahkan dalam bahasa inggris Jealous[11]
dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “cemburu”[12].
Terjemahan ini tidak mengalami perubahan atau penambahan karena merupakan kata
sifat yang absolut.
Dalam Perjanjian Lama, istilah ini muncul dua kali, dan keduanya terdapat
di luar kitab Pentateukh yaitu, dalam Nahum 1:2 dan Josua 24:19.[13]
Istilah ini dalam kedua teks tersebut digambarkan dalam situasi yang sama, yang
latar belakangnya adalah penyembahan berhala yang dilakukan oleh umat Tuhan.
Istilah ini dinyatakan sebagai sifat Allah yang hendak menyatakan bahwa Allah
tidak ingin umatNya menyembah allah lain selain Dia. Jadi istilah cemburu ini
dipakai dalam hubungan antara Allah dan umatNya.
Dalam kitab Pentateukh, ada istilah dengan pengertian yang sama dengan
istilahaANÝq;yaituaN"q;.istilahaANÝq;sama penggunaannya dengan
istilahaN"q;. Kedua istilah ini sama-sama mengikuti bentuk dari kata
kerja piel infinitif.[14] Kedua
istilah ini pun jika kita perhatikan penggunaannya, akan kita dapati persamaan
latar belakang dari penggunaan kata ini, yaitu menyangkut penyembahan berhala.
Bedanya, istilahaN"q;digunakan dalam kitab
Pentateukh sedangkan istilahaANÝq;digunakan diluar kitab Pentateukh.[15]Apakah
perbedaan penggunaan istilah ini karena dipengaruhi oleh dialeg, hal itu belum
diketahui.
Dalam Perjanjian Baru istilahaANÝq;diterjemahkanzhloj(ze¯los) yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “giat,
semangat, irihati.[16]Orang yang bertindak
sebagai pelaku (pribadi yang cemburu) di sebutzhlwth.j (zēlōtēs)
yang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia “orang yang fanatik.” Paulus pernah menggunakan istilah ini,
dan ia menekankan, bahwa jika orang Kristen bersangkut paut sedikitpun dengan
penyembahan berhala, hal itu akan menimbulkan rasa cemburu Allah (1Kor 10:22).
Sebagai pelayan umat Allah, Paulus menaruh juga ‘rasa cemburu’ yang sama dengan
Allah sendiri, demi kemurnian iman dan kelakuan mereka dan ia menyebutnya
dengan istilah “cemburu ilahi” (2 Kor 11:2).
Ia berkata bahwa orang Israel yang tidak percaya akan didorong ke arah
‘kecemburuan ilahi,’ itu selaras dengan Ul 32:21, ketika mereka melihat bangsa-bangsa menikmati
hak-hak istimewa mereka. Ia yakin bahwa kecemburuan seperti itu akan membawa
mereka pada akhirnya untuk menuntut tempat mereka yang setepatnya di
tengah-tengah umat Allah (Rom 10:19; 11:11).[17]
Kata-kata Ibrani, Yunani dan Indonesia yang dibicarakan bisa juga berarti
perasaan yang lain, yaitu keinginan untuk menjaga dan mempertahankan supaya
jangan hilang, apa saja yg dimilikinya sendiri. Dalam pengertian ini Allah
disebut juga ‘Cemburu.’ sebab Dia mempertahankan hak-Nya sebagai Satu-satunya
yang boleh disembah.Karena manusia adalah ciptaanNya dan milik kepunyaanNya
yang dipandang berharga olehNya, maka sepatutnyalah manusia menyembah hanya
kepadaNya.
Istilah~qenOw>
Istilah~qenOw dipahami sebagai konjungsi, kata kerja qal partisip
maskulin tunggal dari akar kata~q;n" dalam terjemahan bahasa
Inggris disebut vengeance, revenge,[18]
dan dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan “membalas dendam.”[19] Karena
istilah ini diawali dengan konjungsiw>maka artinya menjadi “dan membalas dendam atau pembalas”
Istilah ini muncul sebanyak dua kali dalam Perjanjian Lama dan keduanya
juga terdapat di luar kitab Pentateukh yaitu, Nahum 1:2 dan Mazmur 99:8.[20] Tetapi
istilah ini dalam kedua kitab tersebut digambarkan dalam situasi yang sama
namun pada oknum yang berbeda. Dalam Nahum 1:2 pembalasan itu ditujukan kepada
musuh Allah (dalam hal ini bangsa lain) tetapi dalam mazmur 99:8 ditujukan
kepada umatNya. Tetapi pada prinsipnya yang dibalas oleh Allah ialah perbuatan
yang jahat.
Jadi, dalam hal pembalasan, Allah tidak hanya membalas perbuatan jahat dari
bangsa lain, tetapi juga terhadap umatNya yang menentang perintahNya pembalasan
itu berlaku dan pembalasan itu dinyatakan dalam bentuk hukuman.Sekalipun memang
dalam konteks ini, pembalasan itu dinyatakan bagi bangsa Asyur (Kota Niniwe).
Interpretasi gramatikal
Seperti halnya dalam bahasa Indonesia memiliki tata bahasa, demikian pula
dalam bahasa Ibrani. Berbeda dengan tata bahasa Indonesia yang diawali dengan
subjek, tata bahasa Ibrani diawali dengan predikat. Tata bahasa Ibrani memiliki
susunan sebagai berikiut: Predikat, Subjek, objek tak langsung, objek langsung.
Berkaitan dengan teks yang menjadi pokok penelitian, perlu ditinjau
pengertiannya dengan tata bahasa Ibrani yang telah disebutkan.
Laeä: kata benda maskuklin
tunggal: Allah, aANÝq; : kata sifat maskulin tunggal: cemburu,‘~qenOw>: konjungsi, kata kerja qal partisip maskulin tunggal: dan
pembalas,hw"ëhy>: Tuhan,~qEïnO: kata kerja qal partisip
maskulin tunggal: yang membalas dendam,hw"ßhy>: Tuhan,l[;b;äW : konjungsi, kata benda
maskulin tunggal: Tuhan, Allah,hm'_xe : kata benda feminim
tunggal: kemarahan, kegeraman, murka Allah;~qEÜnO : pembalasan dendam;‘hw"hy>: Tuhan;wyr"êc'l. : preposisi, kata benda
konstruck maskulin jamak, dengan akhiran ganti orang ketiga maskulin tunggal:
kepada musuh-musuhNya;rjEïAnw>: konjungsi, kata benda qal
partisip maskulin tunggal:aWhß : kata ganti orang ketiga
maskulin tunggal Nya; wyb'(y>aol.: preposisi, kata kerja qal partisip orang ketiga jamak
dengan akhiran tiga masklulin tunggal: memusuhi kepada musuh-musuhNya.[21]
Terjemahan: “Tuhan, Allah yang cemburu
dan pembalas, Tuhan, Allah yang membalas dendam dan Allah kemarahan, Tuhan
pembalas kepada musuh-musuhNya dan memusuhi kepada musuh-musuhNya.” Kata
yang diteliti yaituaANÝq; dan‘~qenOw>sama-sama berada pada
posisi sebagai predikat sedangkan yang menjadisubjeknya ialahhw"ëhy>(Tuhan). IstilahaANÝq; dan‘~qenOw>keduanya merupakan kata
sifat yang hendak menjelaskan karakter atau sifat dari Allah itu sendiri.
Allah memiliki sifat cemburu dan juga
pembalas.Memang istilah cemburu yang tercatat dalam teks ini tidak secara
langsung dikaitkan dengan objek. Hanya istilah pembalas yang langsung
dikaitkan dengan objek pada frase kedua.Dan yang menjadi objek pambalasan
Allah ialah musuh-musuhNya. Namun hal itu akan lebih diperjelas dam konteks
teks.
Interpretasi Konteks Teks
Dalam
penelitian konteks teks, perlu diperhatikan konteks sebelum dan konteks
sesudahnya.Sudah cukup jelas pada ayat 1 bahwa perkataan dalam teks ini
disampaikan oleh Nahum orang Elkosh.Dalam teks ini dia hendak menyatakan sifat
Allah kepada umatNya.Bahwa Tuhan itu Allah yang cemburu dan pembalas.Memang
tidak dikaitkan secara langsung mengenai objek dari kata cemburu ini.Hanya kata
pembalas yang disebutkan objeknya yaitu musuh-musuhNya.
Jika
kita lihat pada ayat-ayat selanjutnya, terlebih dalam pasal1:14, itu bisa
memberikan keterangan mengenai kata cemburu. Ada allah lain yang disembah oleh
orang Yehuda yang dibuat oleh mereka berupa patung pahatan dan patung tuangan.
Allah sendiri tidak menginginkan umatNya menyembah allah lain dan ia tidak
menyukai penyembahan berhala.
Istilah
cemburu dalam teks ini dirangkaikan dalam satu kesejajaran dengan istilah
pembalas.Pembalasan dalam teks ini ditujukan kepada para lawan dan para musuh
Allah.Memang dalam Nahum 1:2 belum disebutkan secara langsung mengenai
musuh-musuh Allah.Nanti pada ayat-ayat selanjutnya baru disebutkan, yaitu
bangsa Niniwe (2:8).Jadi, dalam konteks teks Nahum 1:2 yang dimaksud dengan
para lawan dan para musuh Allah ialah orang-orang Niniwe.Berdasarkan konteks
ini dapat kita simpulkan bahwa cemburu Allah itu berlaku atas umatNya sedangkan
pembalasan berlaku atas musuh-musuhNya. Namun musuh-musuh Allah bukanlah melulu
bangsa lain. Tetapi umat yang memberontak terhadap Allah juga akan menjadi
musuh Allah.
Dalam
pasal 1:3 disebutkan bahwa “Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia
tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang-orang yang bersalah.”Juga
dalam ayat 7 dikatakan bahwa “Tuhan itu baik”.Jika dilihat sekilas, hal
tersebut terlihat kontras dengan pasal 1:2.Namun tidaklah demikian, sifatNya
ini tetap selaras dengan sifatNya yang cemburu.Bukan tanpa alasan Allah
menghukum bangsa Niniwe. Telah diketahui bersama bahwa kira-kira seabad
sebelumnya nabi Yunus telah menyampaikan seruan Tuhan kepada Niniwe yang
merupakan kota terbesar di dunia pada waktu itu.[22]
Orang-orang
Niniwe menerima dan percaya pada pemberitaan Yunus tentang pengasihan Tuhan dan
mereka mengerti bahwa Tuhan panjang sabar dan memberikan kesempatan kepada
merek untuk bertobat. Tetapi tidak lama kemudian, hal itu lambat laun dilupakan
dan mereka terjerumus ke dalam kejahatan
yang lebih besar daripada sebelumnya. Jadi lewat teks Nahum 1:2 mereka
pun harus tahu bahwa “Tuhan itu Allah yang cemburu dan pembalas,” yakni cemburu
akan hakNya atas segala makhluk.[23]Dan
Allah tidak sekali-kali membiarkan kejahatan merajalela. Oleh sebab itu, Ia
hendak membalas setiap perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang Niniwe
terhadap Yehuda bahkan terhadap bangsa-bangsa lain yang mereka tawan.
Kesimpulan Teologis
Dari
penelitian-penelitian teks di atas, kita dapat melihat konsep teologis yang
terdapat di dalamnya.Tidak dapat ditutupi dan dihindari bahwa “Tuhan itu adalah
Allah yang cemburu dan pembalas.” Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa ‘cemburu’ dalam teks ini adalah perasaan yang lain, dalam pengertian ini
Allah disebut ‘Cemburu’ sebab Dia mempertahankan hak-Nya sebagai Satu-satunya
yang boleh disembah. Cemburu di sini dipakai dalam arti semangat Tuhan
untuk melindungi umatNya.
Cemburu Allah merupakan keinginan Allah untuk mempertahankan supaya jangan
hilang, apa saja yang dimilikinya sendiri sebagai hakNya atas umatNya. Ia pun
akan membalas perbuatan jahat orang-orang yang menentang firmanNya.
Allah
cemburu bukan berarti Ia iri hati dengan para baal ataupun merasa tersaingi,
apalagi takut kalau milikkNya diambil oleh yang lain. Dia cemburu semata-mata
karena Ia mengasihi umatNya. Ia tidak ingin umatNya binasa oleh karena
perbuatan mereka yang jahat, dengan menyembah allah lain yang sebenarnya bukan
Allah. Ia juga tidak menghendaki adanya tindakan-tindakan kekerasan terhadap
sesama manusia.
Sifat
cemburu dan pembalas yang dicatat dalam Nahum 1:2 merupakan bentuk dari murka
Allah. Allah murka oleh sebab Ia cemburu dengan kehidupan umatNya yang tidak
lagi fokus kepadaNya sebagai pusat penyembahan. Ia membalas perbuatan tiap-tiap
orang menurut keadilanNya. Murka yang dinyatakan Allah sebenarnya adalah bentuk
keadilanNya sebaba Allah tidak dapat berkompromi dengan dosa. Oleh sebab itu
sangat wajar apabila Ia menghukum orang-orang yang berbuat dosa dan berlaku
jahat.
Murka
Allah juga tidak menunjukkan bahwa Ia kejam tetapi itu menunjukkan bahwa Ia
adalah Allah yang adil. Allah dalam Perjanjian Lama yang menyatakan diriNya
kepada umatNya, kepada para nabi dan imam, raja tetaplah sama dengan Allah
dalam Perjanjian Baru yang menyatakan diriNya di dalam Yesus Kristus. Jika kita
melihat dalam sebuah peristiwa dimana Yesus menyatakan kemarahanNya dengan
mengusir orang-orang yang berjual beli dalam Bait Allah dan Ia juga membalikkan
meja-meja
penukar uang dan
bangku-bangku pedagang merpati. (Mat.
21:12-13). Bahkan sampai masa Perjanjian baru, para penulis Alkitab pun
tetap tidak mengabaikan tentang murka Allah. Memang murka Allah ditangguhkan
oleh karena pengorbanan Yesus Kristus, tetapi murka itu akan tetap dinyatakan
pada masa yang akandatang pada waktu penghakiman dan penghukuman orang-orang
yang tidak percaya.
Penerapan Praktis
Gereja
saat ini hidup di tengah-tengah kehidupan yang majemuk.Sinkretisme dan
pluralisme pun menjadi bagian yang tidak dapat dihindari.Tetapi Gereja harus
tetap mampu untuk memerangi hal-hal tersebut. Jika Gereja larut dalam kehidupan
yang diwarnai oleh sinkretisme dan pluralisme (pluralisme agama-agama) dan
menganggap bahwa semuanya sama saja, maka Gereja sudah tidak lagi menunjukkan
keunikan dan kebenaran Allah di dalam Yesus Kristus. Hal tersebut bisa membuat
Allah pada akhirnya murka terhadap Gereja karena tidak lagi menyampaikan
kebenaran yang sesungguhnya tentang Allah.karena itu, Gereja harus memerangi
sinkretisme dan pluralisme.
Perkembangan
dunia yang semakin modern pun kerap kali membuat orang-orang pada akhirnya
kehilangan fokus kepada Allah.Mungkin praktek penyembahan berhala dalam
kehidupan gereja saat ini tidak terlihat seperti yang dilakukan umat Israel dan
bangsa-bangsa lain dalam Perjanjian Lama.Tetapi saat ini lebih cenderung kepada
berhala-berhala modern seperti alat-alat elektronik (Hand Phone, TV, Laptop,
Media internet dan lain sebagainya). Dalam konteks ibadah, banyak orang lebih
fokus kepada alat-alat elektronik dibandingkan fokus kepada Allah sebagai pusat
penyembahan. Sehingga alat-alat tersebut menjadi
berhala bagi mereka. Bahkan dalam pergulan
muda-mudi, pacarpun bisa jadi berhala bagi pasangannya.
Penyembahan
berhala bukanlah semata ketika manusia menyembah patung ataupun allah lain
tetapi, ketika fokus dari sesorang tidak lagi terpaut sepenuhnya kepada Allah,
dan lebih fokus kepada hal-hal lainnya, itu sama dengan penyembahan berhala dan
hal itu bisa membuat Allah cemburu dan pada akhirnya menjadi murka.
Oleh
sebab itu, Gereja harus tetap berani mengungkapkan kebenaran tentang Allah
dengan seimbang baik kasihNya maupun murkaNya.Ketika mengajarkan atau
mengkhotbahkan tentang kasihNya maka murkaNya pun harus disampaikan, tidak
boleh ditutupi agar jemaat pun memiliki pemahaman yang benar dan bersifat
Alkitabiah tentang Allah.
Pemahaman
yang Alkitabiah tentang murka Allah, harus dapat terus diupayakan untuk dapat
dimiliki oleh setiap pribadi yang telah hidup dalam Yesus dizaman kasih karunia
ini, teristimewa untuk para hamba Tuhan (para pelayan khusus).Sehingga mampu
mempertanggungjawabkan dengan benar kepada setiap orang yang meminta
pertanggungjawaban, serta dapat merombak pemahaman yang keliru yang tidak
berakar teguh pada firman Allah.
[1]Mahasiswa Tingkat Akhir (dalam
tanggungjawab sebagai Asisten Dosen Theologi Perjanjian Lama).
[2] J. I. Packer, Knowing God,pen., Johny The (Yogyakarta: ANDI, 2008), 185.
[3]“Universalisme” dalam KBBI adalah
aliran yang melipiputi segala-galanya.Sebuah paham yang dianggap bidat karena
cukup meresahkan gereja.Asal mula paham ini adalah dari seorang tokoh gereja
abad kedua yang bernama Origen (185-254).
[4] Yakub B. Susabda, Mengenal dan Bergaul Dengan Allah,
(Batam: Gospel Press, 2002), 185.
[5] Bible Work 7.0
[6] Tim Penyusun Kamus Pusat dan
Pengembangan Bahasa, “cemburu” dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 256.
[7] Ibid, “pembalas,” hal., 125
[8]Ibid, “Saingan,” hal., 1202.
[9] John M. Echols & Hassan Shadily,
“avenge” dalam Kamus Inggris Indonesia
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), 47.
[10] Ibid, “revenge,” hal., 484.
[11] William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramic Lexicon of The
Old Testament (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1998),
320.
[12] Carl A. Reed, Diktat kuliah: Kamus
Bahasa Ibrani-Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Theologia Injili
Indonesia. 2003. 99.
[13] __________, “aANÝq;”dalam A New Concordance of The Bible,pen., Abraham Even-Shoshan
(Jerusalem: “Kiryat Sefer” Publishing House LTD, 1989),1022.
[14] Coppes Leonard J., “aANÝq; &aN"q";” dalam Theological Wordbook of the Old Testament,
pen., R. Laird Haris, Gleason L. Archer, Bruce K. Waltke (Chicago: Moody Press,
1981), II:803-804.
[15] Ibid, hal., 803.
[16] Barclay M. Newman Jr.,“zhloj” dalam Kamus Yunani
Indonesia,pent., John Miller & Gerry van Kliken (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1991), 73.
[17] Sabda 4.0
[18] William L. Holladay, A Concise Hebrew and Aramic Lexicon of The
Old Testament (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1998),
245.
[19] Carl A. Reed, Diktat kuliah: Kamus
Bahasa Ibrani-Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Theologia Injili
Indonesia. 2003. 85.
[20]
__________, “~qenOw>”dalam A New Cocordance of The Bible,pen., Abraham Even-Shoshan
(Jerusalem: “Kiryat Sefer” Publishing House LTD, 1989), 780.
[21] Pradis 5.0
[22]__________, “Nahum” dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,pen.,
Donald C. Stamps (Malang: Gandum Mas, 2012), 1440.
[23] J. Sidlow Baxter, “Nahum” dalam Menggali Isi Alkitab,pen., Sastro
Soedirdjo (Jakarta: BPK gunung Mulia, 1983), II:402.